Minggu, 18 November 2007

Renungan : Kotak Ajaib

Waktu sungguh tak terasa meninggalkan semuanya disini. Tak terasa banyak jam dilewatkan hanya sekedar untuk makan, tidur dan nonton tv. Kita memaklum bila waktu yang dimiliki cukup banyak tersita dengan tidur. Karena masa remaja, masa yang membutuhkan jam tidur lama. Tapi kadang kita prihatin dengan satu kebiasaan yang sulit dikurangi, menonton tv. TV seperti sudah mendarah daging dengan adat hidup. Bila satu hari tanpa menonton tv terasa ada yang kurang dalam hidup ini. ketergantungan semakin besar karena TV. TV menayangkan dunia utopia yang membuat senang hati.
Imajinasi yang dijajakan sungguh terlalu menggiurkan untuk terlewatkan. Hal-hal erotis menantang mata untuk terus memandangnya disuguhkan oleh TV. TV seakan tahu sesuatu yang kita inginkan sehingga kita senang untuk menatapnya dengan waktu yang lama. Semua keinginan yang tak tersampai oleh kemampuan diri sendiri menjadi terpuaskan hanya dengan menonton tv. Sering kita plin-plan, kali ini menghina habis-habisan tv, tapi kemudian menontonnya lagi. Kita begitu kesulitan untuk melupakannya. Kita dibuat gila karenanya.
Terlalu sering kita berteriak meneriaki kebobrokan tayangan tv. Tapi hal itu akan menjadi berita yang cepat terlupakan. Lagi-lagi diri ini terkalahkan untuk menuruti godaan menonton TV. Kita memang yang salah, karena kita memiliki hak untuk tidak menonton TV atau untuk terus menonton TV. Tapi kita terlalu sering memberikan tempat untuk nafsu. Nafsu adalah kuda liar yang sulit untuk dijinakkan. Kuda liar ini begitu birahi melihat sesuatu yang berbaukan hedonis didepan mata.
Kalau sudah nafsu memegang kendali, tak ada yang bisa lagi dilakukan. Tubuh ini seakan disihir oleh kotak ajaib, dipengaruhi untuk terus melihat segala impian kesenangan dunia yang telah kita idam-idamkan selama ini. Dan kita seakan telah memegang tampuk kesenangan dunia ini hanya dengan mengorbankan waktu ini dan mata untuk melihatnya. Kita tak banyak mengeluarkan tenaga dan pikiran untuk mendapatkan imajinasi kesenangan hidup. Ilusi ini terus terjadi, hingga kita tidak menyadari kesempatan untuk meraih kesuksesan dan kesenangan yang nyata telah pergi. Kita mulai ditinggalkan oleh kereta yang akan merubah impian menjadi kenyataan.
TV sudah seperti candu, yang memberikan dunia khayal secara instan. Kita seakan-akan bisa sangat tersiksa bila tak menikmatinya. Dunia khayal ini terus hidup dalam pikiran, menjadikannya seorang kekasih yang tak pernah diinginkan untuk ditinggal jauh. Tak ada obat yang bisa digunakan untuk mengurangi keinginan yang menggebu ini untuk bercinta dengan sang kotak ajaib. Kita diterbangkan kelangit ketujuh hingga melihat kesenangan yang transparan tak bisa disentuh dan dirasakan adanya. Setelah kita coba untuk berhenti sejenak, perasaan ini menjadi tidak menentu sangat sensitif dengan dunia yang nyata. Kita menjadi ingin selalu hidup di dunia utopia yang disediakan TV.
Tujuan kehidupan menjadi tidak jelas dengan surga imajiner hasil karya TV. Waktu menjadi pasir yang terlalu mudah untuk dibuang. Tak ada perasaan kehilangan dengan hilangnya sang waktu. Surga imajiner yang dibuat telah benar-benar menarik kesadaran dalam ruang dan waktu ini menjadi keabadian yang tidak nyata. Hidup yang sebenarnya yang asli menjadi begitu membosankan karena kesenangan membutuhkan pengorbanan yang tak kecil. Sedangkan dunia keabadian yang diciptakan TV terasa sangat menggiurkan karena begitu mudah kita mendapatkannya, hingga kita rela membunuh waktu untuk menciptakan waktu khayal yang tak pernah mati di dunia TV.
Sudah cukup waktu yang disempatkan untuk berteriak menghujat TV. Karena memang kita sulit untuk meninggalkannya. Bila saja kita hidup dimasa-masa lalu yang tak terjamah oleh teknologi elektrik. Tak ada alat elektronis yang selalu menggerogoti masa yang kita miliki. Senang rasanya, menghabiskan waktu yang terasa cepat dan kadang membosankan dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.
Dalam tak keberdayaan kita berteriak dengan perubahan zaman yang turut membawa oleh-oleh kotak yang menghibur hati. Memang tv membawa kemajuan bagi proses komunikasi manusia abad ini, tapi mengapa kotak ajaib itu selalu menggoda untuk dilihat dari waktu ke waktu. Hingga kita bangkrut, pailit tak punya lagi harta waktu. Dalam dunia imaji itu kita tertawa kegirangan akan tetapi sebentar kemudian setelah mencoba pindah 'channel' kedunia nyata kita menangis meratapi semuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda